Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rekor Baru, Es Greenland Hilang 600 Miliar Ton pada 2019

image-gnews
Pemandangan es yang mencair akibat gelombang panas di Kangerlussuaq, Greenland, 1 Agustus 2019. CASPAR HAARLOEV VIA REUTERS
Pemandangan es yang mencair akibat gelombang panas di Kangerlussuaq, Greenland, 1 Agustus 2019. CASPAR HAARLOEV VIA REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Data lembaga antariksa dan penerbangan Amerika Serikat NASA merilis laporan yang mengungkapkan bahwa Greenland telah kehilangan 600 miliar ton es selama musim panas yang luar biasa pada 2019. Es tersebut cukup untuk menaikkan permukaan laut global 2,2 milimeter hanya dalam dua bulan saja.

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters baru-baru ini memaparkan, lapisan es Greenland yang hilang sekarang itu enam kali lebih cepat daripada di tahun 1990-an. Penelitian mencatat, suhu yang sangat hangat di Kutub Utara tahun lalu memainkan peran utama dalam hilangnya es dan kenaikan permukaan laut.

"Kami tahu musim panas lalu sangat hangat di Greenland, mencairkan setiap sudut lapisan es," kata pemimpin penulis Isabella Velicogna, ilmuwan proyek senior di Jet Propulsion Laboratory (JPL) seperti dikutip laman Fox, akhir pekan lalu. Dia menambahkan, "jumlahnya sangat besar."

Studi ini dilakukan bersamaan dengan NASA JPL, University of California, Irvine, Gravity Recovery dan Climate Experiment (GRACE) dan proyek kontinuitas data GRACE-FO.

Para peneliti melihat data satelit untuk menghasilkan  pengamatan  iklim  mereka, yang lebih dari dua kali lipat rata-rata tahunan untuk Greenland antara tahun 2002 dan 2019. Studi juga mencatat bahwa Antartika terus kehilangan massa es, tapi beberapa kehilangan itu telah ditutup karena meningkatnya salju di timur laut.

Menurut Velicogna, di Antartika, kehilangan massa di barat berlangsung tanpa henti, yang akan mengarah pada peningkatan lebih lanjut dalam kenaikan permukaan laut. Namun, dia juga mengamati peningkatan massa di sektor Atlantik di Antartika Timur yang disebabkan oleh kenaikan salju.

"Ini yang membantu mengurangi peningkatan besar kehilangan massa yang telah kami saksikan dalam dua dekade terakhir di bagian lain benua," kata dia.

Satelit GRACE beroperasi mengambil pengukuran perubahan gravitasi bumi yang sangat presisi dari Maret 2002 - Oktober 2017, beroperasi selama 15 tahun, lebih lama dari perkiraan awal. Sementara GRACE-FO diluncurkan Mei 2018, didasarkan pada teknologi yang sama, tapi menggabungkan perangkat interferometri laser eksperimental untuk mengukur setiap perubahan menit dalam jarak antara dua satelit, daripada menggunakan gelombang mikro.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesenjangan waktu antara operasi misi GRACE dan GRACE-FO berarti bahwa Velicogna dan rekannya harus melakukan tes untuk melihat seberapa baik data yang dikumpulkan oleh misi yang berbeda itu sesuai. Penelitian ini memungkinkan para ilmuwan untuk memantau cadangan air planet ini, termasuk es di kutub, permukaan laut global, dan air tanah. 

"Sangat menyenangkan melihat seberapa baik data berbaris di Greenland dan Antartika, bahkan di tingkat regional," kata Profesor Velicogna. 

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan Agustus 2019 menyarankan bahwa es laut di Kutub Utara dapat sepenuhnya menghilang hingga September. Hal itu terjadi jika setiap musim panas, suhu global rata-rata meningkat hanya 2 derajat Celcius dan kondisi iklim terus memburuk.

Pada Oktober 2019, para peneliti menerbitkan sebuah studi yang menyebutkan kenaikan permukaan laut dapat membanjiri daerah pesisir yang ditinggali sekitar 480 juta orang. Faktanya, Greenland menumpahkan lebih dari dua kali es musim panas lalu daripada rata-rata setiap tahun antara 2002-2019, periode di mana ia kehilangan 4.550 miliar ton es.

FOX NEWS | DAILY MAIL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

1 hari lalu

Peneliti muda yang merupakan mahasiswa doktoral Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair), Muhammad Ikhlas Abdjan. Dok. Humas Unair
Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.


Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti bersama teknologi roket hasil karya BRIN. Dok. Humas BRIN
Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.


Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dede Heri Yuli Yanto. Dok. Humas BRIN
Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.


Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).


Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Kelompok lansia melakukan gerakan senam ringan pada peluncuran Gerakan Senam Sehat (GSS) Lansia di Jakarta, Senin (29/5). (ANTARA/Ahmad Faishal)
Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.


5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

5 hari lalu

Menu Long Tail Hotdog di Three house Cafe di Jalan Hasnudin, Bandung, Jawa Barat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

8 hari lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

10 hari lalu

Penjelajahan Empat Dekade Voyager
Cara NASA Mengontak Kembali Voyager 1, Penjelajah Bintang yang Hilang Kontak Selama 5 Bulan

NASA memakai kode baru untuk mencolek kembali pesawat antarbintang, Voyager 1, yang sempat hilang kontak.


Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

11 hari lalu

Teripang. klikdokter
Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.


BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

12 hari lalu

Suasana hutan dan lahan gambut yang telah habis terbakar di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Senin, 11 September 2023. Berdasarkan data BMKG pada 10 September 2023, dari hasil deteksi titik panas dengan menggunakan sensor VIIRS dan MODIS pada satelit polar (NOAA20, S-NPP, TERRA dan AQUA) yang memberikan gambaran lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan, terdapat 554 titik panas di Kalimantan Barat. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang
BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.